Monday, 27 January 2014

Las TIG atau Tungsten Inert Gas Welding atau dengan nama lain Gas Tungsten Arc Welding adalah termasuk proses las listrik yang menggunakan inert gas sebagai pelindung daerah las terhadap pengaruh udara luar. Panas yang dibutuhkan untuk pengelasan terjadi dengan adanya busur listrik antara non consumable Tungsten elektrode dengan benda kerja. Sumber listrik GTAW dapat menggunakan generator AC maupun DC.

Tungsten electrode yang dipakai tidak turut mencair, jadi berbeda dengan metal arc welding yang mana elektroda turut mencair sebagai bahan penambah. Untuk pengelasan yang membutuhkan bahan penambah yang ditambahkan pada daerah las dan bersama-sama mencair dengan benda kerja.
Cairan las harus dilindungi terhadap pengaruh udara luar dengan menggunakan inert gas (argon dan helium) yang disemburkan melalui torch. Sebab bila tidak dilindungi maka oksigen atau nitrogen akan menyusup kedalam cairan las dan tejadilah porosity. Hasil lasan tidak ada slag karena menggunakan gas sebagai pelindung. Berikut ini adalah skema dari proses GTAW.


Elektroda pada GTAW termasuk elektroda tidak terumpan (non consumable) berfungsi sebagai tempat tumpuan terjadinya busur listrik. GTAW mampu menghasilkan lasan berkualitas tinggi pada hampir semua jenis logam mampu las. GTAW menggunakan elektroda tungsten yang memiliki ukuran diameter yang bervariasi, diantaranya adalah: 0,010” , 0,020” , 0,04” , 1/16” , 3/32” , 5/32” , 3/16”. Dengan panjang variasi yang berbeda pula:  3”, 6”, 7” dan 8”. Ektroda tungsten dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :
1.    Tipe thorium (paduan tungsten dengan thorium )
2.    Tipe zirconium (paduan tungsten dengan zirconium)
3.    Tipe tungsten murni

Cara pemilihan tipe elektroda dan jenis arus listrik yang dipakai (AC atau DC) disesuaikan dengan kebutuhan karena untuk tiap jenis elektroda memiliki titik lebur dan konduktivitas listrik yang berbeda. Elektroda tipe tungsten murni sering digunakan untuk pengelasan dengan sumber tenaga DCSP (Direct Current Straight Polarity). Titik leburnya cukup tinggi, ± 4000˚C (6170˚C), sehingga sulit meleleh. Tetapi jika dibandingkan dengan dua tipe elektroda yang lain, titik leburnya lebih rendah. Jenis ini kurang baik karena masih memungkinkan terjadinya kontaminasi baik pada base metal maupun pada elektroda itu sendiri (low resistance to contamination). Elektroda tipe zirconium merupakan paduan tungsten dengan zirconium, dengan kandungan zirconium berkisar antara 0,3% – 0,5%. Titik leburnya ± 3800 ˚C (6872 ˚C). Elektroda tipe thorium merupakan paduan antara tungsten dengan thorium, dengan kandungan thorium 1% – 2%. Titik leburnya bisa mencapai 4000˚C.  

Penambahan unsur thorium atau zirconium akan menaikkan titik lebur dan menaikkan konduktivitas listriknya, elektron yang dipancarkan lebih banyak dan busur listrik yang ditimbulkan lebih stabil sehingga memudahkan permulaan (starting arc) penyalaan busur listrik. Selain itu kemungkinan terjadi kontaminasi pada logam las akibat tungsten cair sangat kecil. Hal tersebut dapat memperpanjang umur pakai elektroda pada pengoperasian arus listrik tinggi. Selain faktor konduktivitas listrik, kestabilan busur listrik masih dipengaruhi oleh besar sudut tip elektroda, dan cara pengasahan. Kesalahan mengasah tipe elektroda akan menyebabkan busur listrik stabil dan melebar sedangkan kesalahan pemilihan besar sudut tip elektroda menyebabkan busur listrik tidak stabil atau ujung tip elektroda meleleh karena overheating.

Elektroda juga berperan sebagai penyuplai logam las dan oleh karenanya maka elektroda ini terbuat dari logam yang mirip dengan logam induk dan ikut mencair. Pada GTAW, elektroda terbuat dari Tungsten yang tidak ikut mencair. Untuk menyuplai logam las, dibutuhkan logam pengisi yang diberikan secara manual. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada proses GTAW ini, logam pengisi dapat diberikan pada sambungan atau tidak sama sekali
Advertisement

0 komentar:

Advertisement